Jumat, 29 Maret 2013

1100103 - Lea Lindrawijaya Suroso

Analisa Kinerja  Guru-guru Mata Pelajaran Kejuruan
Dari Sudut Pandang Siswa SMK N 1 Batam




BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Guru adalah orang yang memiliki tugas dan tanggung jawab mendidik dan mengajar anak-anak atau murid / siswa agar memiliki ilmu pengetahuan,  ketrampilan, dan prilaku  yang baik sehingga  mereka mampu hidup di tengah-tengah situasi masyarakat yang semakin kompleks permasalahannya.
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 junto Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008  , Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri, dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri (Noor Jamaludin, 1978 :1).
Dari definisi-definisi guru di atas, jelas bahwa peran seorang guru sangat penting bagi masa depan  seorang siswa, sehingga ada istilah yang sering kita dengar di masyarakat bahwa masa depan anak cerah apabila diajari oleh guru yang bermutu. Sekalipun tidak kita pungkiri banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak  di masa depan.
Namun demikian, permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini justru terjadi karena rendahnya mutu guru yang berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) tahun 2011 terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang. Sedangkan untuk kualitas para guru,  berada pada level 14 dari 14 negara berkembang (van88.wordpress.com,2012).
Banyak sekali faktor yang menyebabkan rendahnya mutu guru, baik dari faktor eksternal maupun faktor internal guru yang bersangkutan. Dari faktor eksternal, misalkan masih terbatas  dan tidak meratanya  kesempatan guru untuk mengembangkan kemampuan atau kompetensinya baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, maupun professional; masih rendah dan tidak meratanya kesejahteraaan para guru; rekruitmen guru yang belum tersistem dengan baik; dan masuknya politisasi ke dalam sistem pendidikan kita. Dari faktor internal, misalkan motivasi guru untuk mengembangkan diri dan berkreativitas yang rendah. Motivasi guru rendah bisa disebabkan oleh pilihan menjadi guru kadangkala adalah pilihan terakhir bukan pilihan utama dan tidak didukung dengan latar belakang pendidikan yang sesuai. Akibatnya guru menjadi malas dan asal mengajar.
Kita ketahui bahwa pendidikan adalah pilar kemajuan suatu bangsa. Jika pendidikan di suatu Negara maju dan berkualitas, maka majulah Negara tersebut yang ditandai dengan hampir seluruh rakyatnya  sejahtera karena keadaan ekonomi Negara yang baik. Maka, untuk memajukan Negara Indonesia, sistem pendidikan Indonesia harus menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan. Untuk itu semua permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan harus diinventaris untuk kemudian dicari jalan keluar penyelesaiannya. Jika tidak, keadaan Negara kita akan tetap seperti ini keadaannya. Dari hasil survey di 187 negara yang dilakukan oleh UNDP (United Nation Development Program), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia turun dari peringkat 108 pada tahun 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2011. Ini menandakan rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia pada tahun 2010 dan menjadi makin rendah lagi pada tahun 2011. Di bawah ini tabel pencapaian Indeks Pembangunan Manusia Indonesi dari tahun 1999 sampai tahun 2011.
Tabel 1.1
Tabel Perkembangan Peringkat Human Development Index Indonesia

Tahun
1999
00
01
02
03
04
05
06
07/08
09
10
11
Peringkat HDI Indonesia
105
109
102
110
112
111
110
106
107
111
108
124
Sumber: UNDP, HDR 1999-2011, Wikipedia Indonesia
Dari Indeks Negara Gagal, Indonesia menempati urutan ke 79 dari 178 negara yang disurvei pada tahun 2010 oleh organisasi The Fund for Peace, dan naik lagi ke urutan 63 negara gagal di dunia pada tahun 2012, artinya  dibandingkan tahun 2010, Indonesia menjadi lebih gagal lagi pada tahun 2012. Makin rendah urutan Negara gagal, maka makin tinggi tingkat kegagalan dari Negara tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kondisi ini termasuk memperbaiki sistem pendidikannya. Salah satunya dengan mengubah kebijakan pengembangan SMK. SMK tidak lagi hanya menjadi pilihan kedua bagi para calon siswa, tapi juga solusi untuk keluar dari kemiskinan bangsa. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Pendidikan Nasional 2005-2025 memproyeksikan arah pertumbuhan SMK  dengan membangun dan menambah jumlah SMK dibandingkan SMA hingga mencapai perbandingan 70 : 30 di tahun 2025. Salah satu tujuan pengembangan SMK adalah memberi bekal ketrampilan tertentu kepada siswa agar mereka siap kerja saat  memasuki dunia kerja atau dunia usaha/industry (du/di). Bekal ketrampilan ini ditambah lagi dengan porsi pemberian materi pelajaran Kewirausahaan yang menitikberatkan pada praktek berwirausaha, diharapkan juga mengubah pola pikir lulusan SMK untuk tidak lagi job oriented, semata-mata mencari pekerjaan begitu lulus tapi sudah mengarah ke entrepreneur oriented, menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu bekal ketrampilan ini adalah upaya menjembatani gap antara  kualitas lulusan yang dihasilkan sekolah dengan kualitas SDM yang dibutuhkan du/di. Untuk membuat siswa siap kerja dan memiliki ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan du/di, serta berorientasi untuk berwiraswasta setelah lulus, tentu membutuhkan juga guru-guru yang memiliki kompetensi-kompetensi kejuruan dan kompetensi mengajar/mendidik yang memenuhi standar. Tetapi kenyataan di lapangan justru berbalik dengan harapan.
Banyak guru-guru SMK yang memiliki kompetensi kejuruan di bawah standar yang asal mengajar mutu tidak diperhatikan, tidak inovatif dan kreatif dalam merencanakan/membuat dan melaksanakan serta mengevaluasi pengajarannya. Disamping itu, banyak juga guru yang sudah merasa puas dengan ilmu dan ketrampilan yang sudah dimilikinya dan tidak berupaya untuk terus mengembangkan ilmu dan ketrampilannya. Padahal kita tahu bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang setiap waktu. Akibatnya, produk pendidikan yang dihasilkan  berkualitas rendah, seperti hasil survei kualitas SDM Indonesia dan kualitas gurunya di antara semua Negara berkembang yang telah diungkapkan sebelumnya
Memang, hal ini tidak serta merta menjadi kesalahan guru saja. Kesejahteraan guru dan pada saat yang hampir bersamaan dengan motivasi mengembangkan diri yang rendah pada sebagian guru,  kesempatan mengembangkan diri berupa keikutsertaan dalam diklat-diklat pengembangan kompetensi yang tidak merata bagi  guru yang memiliki motivasi mengembangkan diri yang tinggi, menjadi faktor-faktor di antara sekian banyak faktor  penyebab rendahnya mutu guru yang berdampak pada rendahnya mutu pendidikan.
Berbagai hal telah dan terus dilakukan pemerintah untuk memperbaiki mutu guru. Salah satunya dengan upaya meningkatkan kesejahteraan guru berupa pemberian tunjangan pendidik bagi yang telah lulus uji kelayakan sebagai guru yang ditandai dengan diberikannya sertifikat pendidik. Tunjangan ini di mata guru dikenal dengan tunjangan sertifikasi guru yang besarnya 1 kali gaji pokok guru dan diberikan  tidak terbatas pada guru berstatus PNS saja tetapi juga kepada guru-guru non PNS yang sudah memenuhi syarat. Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 mengamanatkan pemberian tunjangan sertifikasi guru dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan guru agar guru termotivasi untuk meningkatkan kompetensi dan kinerjanya.
Permasalahannya kemudian adalah apakah dengan diberikannya tunjangan sertifikasi ini dapat mengubah kinerja guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya seperti yang dimanatkan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah yang seterusnya meningkatkan mutu siswa atau lulusannya? Apakah ada perbedaan antara mereka yang telah bersertifikat pendidik dalam hal kinerja dengan mereka yang belum bersertifikat pendidik? 
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan pemberian tunjangan sertifikasi ini memberikan fakta bahwa tunjangan sertifikasi tersebut belum memberikan dampak pada peningkatan kinerja guru. Hasil survey yang dilakukan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan tahun 2011 terhadap guru-guru yang telah mendapat tunjangan sertifikasi, menunjukkan bahwa memang tunjangan sertifikasi ini belum memberikan dampak perbaikan kinerja guru.
Kemutuan seorang guru berdampak langsung kepada siswa. Siswa yang akan mengalami dan merasakan langsung apakah seorang guru yang mengajari dan mendidiknya adalah guru yang kompeten seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 dan dalam Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru. Inilah yang mendorong penelitian ini dilakukan dalam rangka menyusun tesis pendidikan master (S2) di bidang  Pendidikan Kejuruan  dengan judul Tesis “Analisa Kinerja  Guru-guru Mata Pelajaran Kejuruan ; Dari Sudut Pandang Siswa SMK N 1 Batam”.
Dari judul di atas, jelas bahwa penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Batam, di semua Kompetensi Keahlian yang ada dan pada semua guru kejuruan.
Tabel di bawah ini, menggambarkan jumlah guru kejuruan di SMK Negeri 1 Batam untuk masing-masing program keahlian yang dibedakan berdasarkan yang sudah bersertifikasi dan yang belum bersertifikasi serta data hasil supervisi guru tahun 2011 dan 2012 .


Tabel 1.2
Jumlah Guru Kejuruan Berdasarkan Sertifikasi
No.
Kompetensi Keahlian
Jumlah Guru
Bersertifikasi Pendidik
Belum Bersertifikasi Pendidik

1.
Tek. Permesinan

10 orang
6 orang
4 orang
2.
Tek. Las

3 orang
1 orang
2 orang
3.
Mekatronika

3 orang
1 orang
2 orang
4.
Otomasi Industri

10 orang
6 orang
4 orang
5.
T. Elektronika
Industri

10 orang
6 orang
4 orang
6.
TKJ

3 orang
1 orang
2 orang
Total

39 orang
21 orang
18 orang
Sumber :  TU SMK N 1 Batam, 2013

Tabel 1.3
Hasil Supervisi Kelas Tahun 2012

Guru yang sudah sertifikasi
Guru yang belum sertifikasi
























 

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari klasifikasi rentang nilai (kategori nilai) hasil supervisi kelas terhadap performa mengajar guru, tidak ada perbedaan antara guru-guru yang sudah bersertifikasi atau yang sudah memiliki sertifikat pendidik dengan guru-guru yang belum bersertifiksi atau yang belum memiliki sertifikat pendidik. Begitu  juga jika dilihat dari nilainya. Tidak ada perbedaan kinerja yang mencolok antara guru-guru yang sudah bersertifikasi dengan yang belum. Meskipun data yang diambil adalah hasil supervisi guru-guru kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif, tapi peneliti tetap tertarik untuk terus meneliti kinerja antara guru-guru mata pelajaran kejuruan yang bersertifikasi dengan dengan yang belum, atau dengan kata lain menganalisa kinerja/ketercapaian kompetensi guru-guru mata pelajaran kejuruan yang sudah bersertifikasi. Apalagi dari hasil wawancara sementara dengan siswa, peneliti memperoleh data bahwa tidak ada perbedaan kompetensi yang mencolok antara guru-guru kejuruan yang sudah bersertifikasi dengan yang belum.

B.     Identifikasi  Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah  di atas maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1)         Terdapat kecenderungan bahwa mutu SDM Indonesia masih  di bawah standar baik lulusannya maupun gurunya.
2)         Menurut Kepala Pembangunan Sumber Daya Manusia untuk Bank Dunia di Indonesia, Asia Timur, dan Pasifik Mae Chu Chang bahwa pemberian sertifikasi guru yang selama ini dilakukan pemerintah secara terus menerus itu tidak tergantung pada kompetensi (kualitas) guru. Hasil sertifikasi guru tidak berdampak secara signifikan pada kinerja akademis untuk diteruskan kepada anak didiknya (Kompas.com, 2012).
3)         I Ketut Pegig Arthana dan Wisnu B. Nasutiyon (2010) dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya dalam penelitiannya ‘Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kompetensi Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik’ menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif sertifikasi guru terhadap kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik.
4)         Azis Sunanto (2011) dalam penelitiannya ‘Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Profesionalisme Guru SMK Negeri Bidang Teknologi dan Industri se-Daerah Istimewa Yogyakarta’, menyimpulkan bahwa lebih banyak guru yang telah bersertifikasi bersikap profesional  dengan tugasnya dibandingkan dengan guru yang belum memiliki sertifikasi guru.
5)         Sementara, Heldy Eriston (2011) dalam makalah ilmiahnya yang berjudul ‘Pengaruh Sertifikasi Terhadap Mutu Pendidikan’, menyimpulkan bahwa pemberlakuan kebijakan pemerintah dalam memberikan tunjangan profesi bagi guru yang telah memiliki sertifikasi  guru dengan tujuan menaikkan kesejahteraannya, tidak serta merta meningkatkan kinerjanya. Dibutuhkan pengawasan dan evaluasi  serta pembinaan   secara terus menerus agar pemberian tunjangan profesi tersebut tidak salah sasaran dan sesuai dengan tujuannya.
6)         Pengawas SMK Kota Batam mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan kompetensi yang mencolok antara guru-guru mata pelajaran kejuruan yang sudah bersertifikasi dengan yang belum.
7)         Hasil penelusuran sementara melalui wawancara dengan siswa  SMK N 1 Batam, bahwa tidak terdapat perbedaan kompetensi antara guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah bersertifikasi dengan yang belum.
8)         Ada indikasi yang terlihat dari hasil supervisi kelas tahun 2011 dan 2012 bahwa tidak ada perbedaan kompetensi yang mencolok antara guru-guru yang telah bersertifikasi dengan yang belum. 

C.    Fokus Penelitian
Mengingat begitu banyaknya  permasalahan kinerja guru, dan juga mengingat keterbatasan waktu, dana tenaga yang dimiliki penulis, maka penelitian ini difokuskan pada hal-hal sebagai berikut :
1)         Penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru mata pelajaran kejuruan di SMK Negeri 1 Batam.
2)         Penelitian dilakukan pada 4 ranah kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah bersertifikasi dan yang belum.
3)         Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara guru-guru yang telah bersertifikasi dengan yang belum untuk ke 4 ranah kompetensi  tersebut dari sudut pandang siswanya.
4)         Penelitian dilakukan untuk mengetahui mengapa mereka berbeda dan apa yang menjadi  penyebab perbedaan tersebut dan bagaimana mereka memaknai sertifikat pendidik yang telah diperoleh.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan fokus masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)            Bagaimana tingkat pencapaian kompetensi pedagogik  guru mata pelajaran kejuruan yang telah memiliki sertifikat pendidik  menurut siswanya?
2)            Bagaiamana tingkat pencapaian kompetensi kepribadian guru mata pelajaran kejuruan yang telah bersertifikasi menurut siswanya?
3)            Bagaimana tingkat kompetensi sosial  guru mata pelajaran kejuruan yang telah memiliki sertifikat pendidik  menurut siswanya?
4)            Bagaimana tingkat pencapaian kompetensi profesional  guru mata pelajaran kejuruan yang telah memiliki sertifikat pendidik  menurut siswanya?
5)            Mengapa tingkat pencapaian kompetensi pedagogik  guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah bersertifikasi rendah?
6)            Mengapa tingkat pencapaian kompetensi kepribadian  guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah bersertifikasi rendah?
7)            Mengapa tingkat pencapaian kompetensi sosial   guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah bersertifikasi rendah?
8)            Mengapa tingkat pencapaian kompetensi profesional  guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah bersertifikasi rendah?
9)            Apa makna sertifikat pendidik bagi guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah memilikinya?

E.     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)      Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi pedagogik guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah memiliki sertifikat pendidik dari sudut pandang siswanya.
2)      Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi kepribadian guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah memiliki sertifikat pendidik dari sudut pandang siswanya.
3)      Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi sosial  guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah memiliki sertifikat pendidik dari sudut pandang siswanya.
4)      Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi profesional guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah memiliki sertifikat pendidik dari sudut pandang siswanya.
5)      Untuk mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan rendahnya  kompetensi pedagogik  guru-guru mata pelajaran kejuruan  yang telah bersertifikasi .
6)      Untuk mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan rendahnya  kompetensi kepribadian  guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah bersertifikasi.
7)      Untuk mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan rendahnya  kompetensi sosial  guru-guru mata pelajaran kejuruan yang telah bersertifikasi.
8)      Untuk mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan rendahnya  kompetensi profesional  guru-guru mata pelajaran kejuruan  yang telah bersertifikasi pendidik.
9)      Untuk mengetahui guru-guru mata pelajaran kejuruan SMK Negeri 1 Batam memaknai sertifikat pendidik yang telah dimilikinya.
F.     Manfaat Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat  bagi sekolah maupun kepada semua stakeholder sekolah, sebagai berikut :
1.    Bagi Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional melalui Dit. Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan untuk terus melakukan evaluasi dan perbaikan dalam program sertifikasi guru ini.
2.      Bagi Dinas Pendidikan Kota Batam, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pembinaan untuk peningkatan mutu  guru-guru  yang sudah memiliki sertifikat pendidik.
3.    Bagi semua SMK baik Negeri maupun swasta di Kota Batan terutama SMK Negeri 1 Batam, untuk melakukan pembinaan ke dalam terhadap  guru-guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik untuk selalu meningkatkan kompetensinya. 
4.    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran untuk melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dangan serifikasi guru, mutu guru dan mutu lulusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar